• (0286) 321078
  • dikpora@wonosobokab.go.id
  • Log In
  • FAQ
  • English
  • Indonesia

Membangun Psikologis Guru untuk Menjaga Psikologis Peserta Didik

#Repost Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, Dikmen, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 

Orang tua, guru maupun anak-anak sudah sangat ingin melakukan pembelajaran sekolah tatap muka. Namun, karena penularan Covid-19 yang meningkat di beberapa wilayah, pembelajaran tatap muka di sekolah belum bisa dilakukan. Sementara pembelajaran jarak jauh, baik luring maupun daring, dinilai kurang optimal. Serta menimbulkan efek kurang baik seperti perubahan perilaku anak serta terhadap psikologisnya.

Dr. Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbudristek membahas ini di webinar Implementasi ‘Merdeka Belajar: Gurunya Asyik, Belajarnya Seru!’ yang tayang di kanal Youtube Direktorat Sekolah Dasar, Rabu 28 Juli 2021.

”Agar tidak terjadi learning loss pada anak sebagai generasi penerus bangsa, guru harus tetap menjaga psikologis anak di era pandemi melalui pengajaran yang mengasyikkan dan seru untuk membangun mood sang anak,” kata Praptono.

Di sinilah peran Ditjen GTK melakukan advokasi dan pendampingan bagi guru sehingga kompetensinya meningkat dan tidak terbebani tugas administratif. Ditjen GTK juga memfasilitasi berjalannya Program Sekolah Penggerak, dengan pendampingan Pelatih Ahli selama 3 tahun.

“Kita juga mendorong pemanfaatan platform-platform guru dan sekolah yang saat ini dalam proses pengembangan melalui guru-guru penggerak di wilayah kabupaten kota. Serta menggerakkan komunitas praktisi yang ada dan yang sedang dikembangkan guru penggerak dan kepala sekolah penggerak,” tutur Praptono.

Membangun psikologis anak sangat berpengaruh. Ini dinilai bisa membuat pembelajaran menyenangkan dan bermakna. Bagi guru, membangun hal tersebut di masa pandemi bisa dilakukan melalui pengurangan beban administrasi. Itu dimaksudkan agar fokus dalam pembelajaran aktif, interaktif, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Salah satunya melalui penyederhanaan RPP.

“Penyederhanaan RPP ini, guru bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada murid. Selain itu, kami juga memberikan penyediaan portal belajar dan berbagi bagi guru di laman gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id,” imbuh Praptono.

Di platform guru belajar dan berbagi ini, lanjur Praptono, sudah ada puluhan paket pelatihan pembelajaran jarak jauh, asesmen kompetensi minimum, layanan pendidikan disabilitas. Di dalamnya termasuk juga dukungan non teknologi yang diberikan untuk penguatan pembelajaran.

“Di portal guru belajar dan berbagi, para guru di Indonesia silakan berbagi berbagai pengetahuan dan pengalamannya masing-masing. Sampai saat ini, sudah tercatat ada 1.116.941. pengguna guru belajar dan berbagi,” imbuhnya.

Drs. Alimuddin, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam Paser Utara membagi praktik baik yang dilakukan daerahnya dalam membangun pendidikan yang layak di tengah pandemi. Salah satunya adalah dengan melakukan guru kunjung ke rumah murid, khusus bagi peserta didik kelas 1 Sekolah Dasar.

“Pada saat itu kami berpikir anak siswa kelas satu harus disentuh sama gurunya. Merek tidak boleh dilepas begitu saja. Meskipun dengan metode pembelajaran daring yang sudah ada, guru berkunjung ke rumah murid tetap harus dilakukan. Tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan,” papar Alimuddin.

Selain itu, pihaknya juga mendorong semua pihak agar dapat menyesuaikan dengan kondisi seperti ini. Oleh karenanya, langkah awal yang dilakukan adalah bagaimana membiasakan sesuatu yang tidak biasa.

“Kami kemudian mengajak seluruh kepala sekolah, pengawas dan seluruh guru-guru untuk bisa bersikap di era new normal yang menuntut untuk melakukan berbagai perubahan dan kebiasaan baru,” ujarnya.

Pihaknya juga terus berupaya melakukan berbagai strategi untuk mengejar ketertinggalan selama pembelajaran di tengah pandemi agar tidak ada learning loss. Ia juga bersyukur hal tersebut terbantu dengan kebijakan pemerintah pusat yang sangat tanggap melalui strategi-strategi yang memudahkan para guru-guru sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran di era pandemi.

“Bantuan seperti relaksasi dana BOS sangat membantu sehingga kita tidak ada lagi keragu-raguan butuh segala macam untuk keperluan sekolah di tengah pandemi ini,” tandasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, Ketua Ikatan Psikologi Klinis Indonesia menambahkan, secara umum guru dalam membantu anak-anak  beradaptasi dengan situasi pembelajaran seperti saat ini serta tetap menjaga mood anak dalam melakukan proses pembelajaran. Hal paling utama adalah guru perlu memahami anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

“Jadi kalau memang usianya masih usia harus banyak bergerak seperti kelas 1, 2 dan kelas 3, guru perlu mendengarkan mereka, perlu memahami kebutuhan anak. Guru harus memberi edukasi dan pemahaman sesuai usia perkembangannya dan guru menyampaikannya harus dengan dengan sikap yang riang, menyenangkan agar si anak merasa nyaman,” ujar Indria memaparkan.

Indria juga menegaskan, kesehatan mental, kebahagiaan dan keceriaan dari guru ini perlu dijaga. Tujuannya agar bisa memberikan pembelajaran secara menyenangkan dan nyaman terhadap anak-anak bisa tercapai.

“Jadi guru harus bisa tetap menjaga mood-nya. Guru harus bisa membangun keceriaan dan tetap menjaga kesehatannya demi memberikan pembelajaran yang menyenangkan untuk peserta didik. Psikologis guru sangat memengaruhi terhadap psikologis peserta didik,” tutupnya. (Hendriyanto)

 

Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/membangun-psikologis-guru-untuk-menjaga-psikologis-peserta-didik